Sharing Ramadhan: Keutamaan Surat Al-Ikhlas

Hikayat: Al-Ikhlas adalah Pelebur Hutang
Diceritakan sesungguhnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama sedang duduk di pintu kota Madinah. Tiba-tiba ada jenazah mayit laki-laki lewat yang digotong oleh orang-orang. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallama bertanya: “Apakah mayit itu masih memiliki
kewajiban hutang?” Orang-orang menjawab, “Ia masih memiliki kewajiban membayar hutang 4 (empat) dirham.” “Sholatilah sendiri mayit itu! Karena aku tidak mau mensholati orang yang ketika masih hidup memiliki kewajiban membayar hutang 4 (empat) dirham. Kemudian ia mati dan belum membayarnya.” kata Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama.
Kemudian Malaikat Jibril turun menemui Rasulullah dan berkata, “Hai Muhammad! Allah
menitipkan salam untukmu. Dia berkata, ‘Aku mengutus Jibril dengan menjelma seorang
manusia dan membayarkan hutang mayit itu.’ Dia juga berkata ‘Berdirilah dan sholatilah mayit
itu karena ia telah diampuni. Barang siapa mensholati jenazah mayit itu maka Allah akan
mengampuninya. “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bertanya, “Hai saudaraku, Jibril! Darimana mayit itu mendapatkan kemuliaan ini?” Jibril menjawab, “Karena ia setiap hari membaca Surat al-Ikhlas 100 kali karena Surat itu mengandung sifat-sifat Allah dan pujaan-pujaan untuk-Nya. Allah berkata, ‘Barang
siapa membaca Surat al-Ikhlas satu kali seumur hidup maka ia tidak akan keluar dari dunia
kecuali ia akan melihat tempatnya di surga, terutama, barang siapa membacanya di sholat-sholat lima waktu setiap hari sedemikian kali
maka kamu akan mensyafaatinya besok di Hari Kiamat dan mensyafaati seluruh kerabatnya,
yaitu orang-orang yang telah ditetapkan masuk neraka terlebih dahulu.”

Sharing Ramadhan: Mengasihi Mayit

Hikayat: Hadiah Pahala Amal untuk Mayit
Hadis di atas adalah sesuai dengan cerita Tsabit al-Banani, Semoga Allah merahmatinya: Tsabit al-Banani selalu berziarah ke kuburan setiap malam Jumat. Disana ia bermunajat kepada Allah sampai Subuh. Ketika ia sedang dalam munajatnya, ia merasa ngantuk dan bermimpi
kalau seluruh penghuni kuburan itu keluar dari kuburan mereka dengan mengenakan pakaian yang paling bagus dan dengan wajah- wajah yang cerah senang. Kemudian ada sebuah hidangan beraneka warna makanan untuk
masing-masing dari mereka. Tiba- tiba di antara mereka ada seorang mayit pemuda yang pucat sedih wajahnya, yang amburadul rambutnya, yang sedih hatinya, yang usang pakaiannya, yang menundukkan kepalanya, dan yang menetaskan air mata. Tidak ada satu hidangan pun di datangkan untuknya. Para penghuni kuburan kembali ke kuburan mereka dengan perasaan senang dan bahagia. Sedangkan
mayit pemuda itu kembali dengan putus asa, susah dan bersedih hati.
Kemudian Tsabit al-Banani menanyainya perihal apa yang sedang terjadi pada pemuda itu: “Hai pemuda! Apa statusmu di kalangan para penghuni kuburan lainnya? Mereka mendapatkan hidangan enak dan kembali ke
kuburan dengan perasaan senang sedangkan kamu tidak mendapati satu hidangan pun dan kembali dengan perasaan putus asa dan bersedih hati” Pemuda itu menjawab, “Wahai Imam muslimin! Sesungguhnya aku adalah orang asing di kalangan mereka. Tidak ada
seorangpun (dari orang-orang yang masih hidup) mengingatku dengan melakukan kebaikan dan mendoakanku. Sedangkan mereka para penghuni kuburan lain memiliki anak-anak, kerabat- kerabat dan teman-teman bergaul yang mengingat dengan mendoakan mereka, berbuat kebaikan dan bersedekah untuk mereka di setiap malam Jumat. Kebaikan-kebaikan dan pahala shodaqoh-shodaqoh itu sampai kepada mereka. (Ketika masih hidup. Pada saat itu,) aku hendak berhaji. Aku memiliki seorang ibu. Kita berdua menyengaja pergi haji
bersama. Ketika aku memasuki kota (dimana kuburannya berada), Allah mencabut nyawaku. Lalu ibu menguburkan jasadku di tempat penguburan ini. Setelah kematianku, ia menikah
dengan laki-laki lain hingga ia lupa denganku dan tidak mengingatku lagi dengan cara
mendoakan dan bersedekah karenaku. Aku merasa putus asa dan bersedih hati setiap waktu.” Kemudian Tsabit al-Banani bertanya, “Hai pemuda! Beritahu aku dimana ibumu tinggal. Aku akan memberitahunya tentangmu
dan keadaanmu.” Pemuda itu menjawab, “Wahai Imam muslimin! Ia berada di kampung ini dan desa ini. Beritahu ibuku tentangku dan
keadaanku. Jika ia tidak mempercayaimu, maka katakan kepadanya, ‘Sesungguhnya di saku bajumu ada 100 mistqol emas peninggalan suamimu yang merupakan bagian warisan untuk anakmu. Maka ia nantinya akan
mempercayaimu!

Di hari kemudian, Tsabit al- Banani mendatangi kampung yang dimaksudkan dan mencari
ibu pemuda itu. Tidak lama kemudian, ia menemukannya dan memberitahunya tentang keadaan anaknya dan tentang 100 mitsqol
perak yang berada di saku bajunya. Kemudian si ibu pun jatuh pingsan. Ketika ia tersadar dari pingsannya, maka ia menyerahkan 100 mitsqol perak itu kepada Tsabit dan berkata:
“Aku wakilkan kamu untuk bersedekah dengan uang-uang dirham ini sebagai kiriman untuk
anakku yang telah mati.” Kemudian Tsabit al-Banani menerima 100 mitsqol itu dan mensedekahkannya karena pemuda itu.
Pada malam Jumat berikutnya tiba, Tsabit al-Banani (seperti biasa) menziarahi saudara- saudaranya di kuburan itu. Saat berziarah, ia merasa ngantuk dan memimpikan sebuah mimpi yang sama seperti mimpi sebelumnya.
Di dalam mimpinya itu, ia melihat mayit pemuda itu telah mengenakan pakaian yang bagus, wajah yang cerah senang dan hati
yang bahagia. Kemudian pemuda itu berkata:

“Wahai Imam muslimin! Semoga Allah mengasihimu sebagaimana kamu telah mengasihiku.” Dari cerita di atas, sudah
jelas bahwa orang yang sudah mati akan merasa tersakiti karena perlakukan buruk orang yang
masih hidup dan akan senang karena perlakukan baik dari orang yang masih hidup.

Sharing Ramadhan: Keutamaan Abu Bakar Assiddiq

Hikayat: Gigitan Anjing yang Beriman Kepada Allah dan Rasul-Nya

Berdasarkan hadis ini, ada sebuah cerita dengan sanad yang bersambung kepada Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata: Suatu ketika kami sedang duduk di dekat Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallama. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dari golongan sahabat mendatangi dan menghadap Rasulullah dengan
kondisi kedua betisnya berdarah. “Apa yang telah terjadi dengan kedua betismu?” tanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. “Aku melewati seekor anjing milik si Fulan yang munafik. Kemudian anjing itu menggigitku,” jawab laki-laki itu. “Duduklah,” kata Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama. Kemudian laki-laki itu pun duduk di depan Rasulullah SAW.
Beberapa saat kemudian, datanglah seorang laki-laki lain dari golongan sahabat datang dan
menghadap Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallama dengan kondisi kedua betisnya berdarah. Ia berkata: “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku melewati seekor anjing milik
si Fulan yang munafik. Kemudian anjing itu menggigitku,” kata laki- laki itu. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama pun segera berdiri dan berkata kepada para sahabatnya: “Antarkan kita melihat anjing ini agar kita bisa membunuhnya.” Kemudian semua sahabat berdiri. dan masing-masing membawa
pedang. Ketika mereka semua telah mendatangi anjing itu dan hendak memenggalnya maka
anjing itu tiba-tiba berdiri di hadapan Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallama dan berkata dengan bahasa yang fasih dan jelas:
“Janganlah kalian membunuhku. Sesungguhnya aku ini anjing yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”
“Mengapa kamu menggigit kedua
laki-laki ini?” tanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ini adalah anjing yang
diperintahkan untuk menggigit siapa saja yang berkata kotor (Jawa: misuhi) tentang Abu Bakar
radhiyallahu ‘anhu dan Umar radhiyallahu ‘anhu,” jawab anjing. Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama berkata, “Hai
kalian berdua (laki-laki). Apakah kalian mendengar apa yang dikatakan anjing ini?”
Dua laki-laki itu menjawab, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya kami bertaubat kepada Allah dan
minta maaf kepada Rasul-Nya.” Segala puji adalah milik Allah.

Shating Ramadhan: Kematian

Hikayat: Tangisan Sayyidina Usman RA karena Kuburan
Diriwayatkan dari Abu Bakar al-Ismaili dengan sanadnya dari Usman bin Affan radhiyallahu
‘anhu bahwa ketika disebutkan perihal tentang neraka kepada Usman maka ia tidak menangis.
Ketika disebutkan perihal tentang Kiamat kepadanya maka ia tidak menangis. Akan tetapi ketika disebutkan perihal tentang kuburan kepadanya maka ia menangis. Kemudian ia ditanya, “Mengapa anda demikian itu?
Wahai Amirul Mukminin!” Ia menjawab, “Sesungguhnya ketika aku berada di neraka maka aku akan bersama orang lain. Ketika
aku berada di Hari Kiamat maka aku juga akan bersama mereka. Tetapi ketika aku berada di
kuburan maka aku akan sendirian. Tidak ada seorangpun yang akan bersamaku di sana. Sesungguhnya kunci kuburan berada di tangan
Malaikat Isrofil. Ia akan membuka kuburan nantinya di Hari Kiamat.” Usman melanjutkan, “Barang siapa dunianya adalah penjara baginya maka kuburan adalah surganya. Barang siapa dunia adalah surga baginya maka kuburan adalah penjaranya. Barang siapa kehidupan di dunia adalah belenggu baginya maka kematian akan melepaskan belenggunya. Barang siapa meninggalkan kemewahan dunia
maka ia akan mendapati kemewahan itu di akhirat.” Usman berkata lagi, “Sebaik-baik
manusia adalah orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya dan yang membuat Tuhannya meridhoinya sebelum ia bertemu dengan-Nya dan yang meramaikan
kuburannya sebelum ia memasukinya.

Sharing Ramadhan: Keutamaan Shodaqoh

Hikayat: Sayyidina Ali Karromallohu Wajhah dan 6 Dirham

Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa ia berkata kalau
Ali memberitahunya, “Suatu ketika, Ali pulang dari menemui Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama dan menuju rumahnya sampai ia menemui Fatimah, putri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Ali melihatnya tengah duduk sambil memintal bulu dan Salman al-Farisi berada di depannya sambil mengulurkan bulu kepadanya. ‘Hai wanita mulia! Apakah kamu memiliki sesuatu yang dapat diberikan untuk makanan untamu?’ tanya Ali. “Demi Allah! Aku tidak memiliki apa-apa. Tetapi ini ada 6 (enam)
dirham yang aku dapatkan dari Salman karena memintal bulu dan aku berencana akan menggunakannya membeli makanan untuk Hasan radhiyallahu ‘anhu dan Husain
radhiyallahu ‘anhu,” jawab Fatimah. “Hai wanita mulia! Berikanlah 6 dirham itu kepadaku,” pinta Ali Karramallahu Wajhahu. Kemudian Fatimah memberikan 6 dirham itu di telapak tangan Ali. Kemudian Ali pergi keluar
membeli makanan. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri dan berkata: “Siapa yang akan menghutangi Allah Yang Maha Mengatur Segala
Urusan dan Yang Memenuhi Janji?”
Kemudian Ali mendekati laki-laki itu dan memberikan 6 dirham itu kepadanya.
Ali pun kembali pulang ke rumah Fatimah dengan tangan kosong. Ketika Fatimah melihatnya tanpa membawa apa-apa, ia pun
menangis “Wahai wanita mulia! Apa yang
membuatmu menangis?” tanya Ali.
“Mengapa kamu datang kembali dengan tangan kosong?” tanya Fatimah. “Wahai wanita mulia! Aku telah menghutangkan 6 dirham itu kepada Allah,” jawab Ali. “Sungguh kamu telah diberi
taufik,” kata Fatimah. Kemudian Ali keluar rumah hendak pergi menemui Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama. Tiba-tiba ada seorang Baduwi yang sedang menuntun unta.
Kemudian Ali mendekatinya. “Hai bapak Hasan! Belilah untaku ini!” “Aku tidak punya harta buat membelinya,” “Aku menjual unta ini kepadamu
dengan transaksi jual beli ta’khir (membayar belakangan).” “Berapa harganya?”“100 dirham.”
“Baiklah! Aku beli.” Setelah unta itu terbeli, tiba-tiba ada Baduwi lain mendatangi Ali dan berkata: “Hai bapak Hasan! Apakah kamu
menjual untamu?” “Iya! Aku menjualnya”
“Berapa harganya?” “300 dirham.”
“Baiklah! Aku membeli untamu.” Kemudian Baduwi itu membayar kontan 300 dirham kepada Ali. Kemudian Ali memegang tali kendali yang terpasang pada unta dan menyerahkannya kepada Baduwi. Setelah menerima 300 dirham, Ali kembali ke rumah Fatimah radhiyallahu ‘anhu. Sesampai dirumah, Fatimah melihatnya dan ia tersenyum, kemudian berkata: “300 dirham apa ini? Hai bapak Hasan!”
“Hai putri Rasulullah! Aku membeli unta dengan membayar belakangan dengan harga 100 dirham. Kemudian aku menjual unta itu dengan harga 300 dirham dan dibayar kontan,” jelas Ali. “Sungguh kamu diberi taufik”
lanjut Fatimah. Setelah itu, Ali keluar hendak
menemui Rasulullah shollallahualaihi wa sallama. Ketika ia sampai di pintu masjid, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama
melihatnya dan tersenyum kepadanya. Ketika sudah saling berhadapan, beliau shollallahu
‘alaihi wa sallama berkata: “Hai bapak Hasan! Akankah kamu yang bercerita kepadaku atau aku yang bercerita kepadamu?” “Anda yang bercerita kepadaku. Wahai Rasulullah!” jawab Ali. Rasulullah bertanya, “Hai bapak Hasan! Apakah kamu mengenal orang Baduwi yang menjual unta kepadamu dan orang Baduwi yang
membeli unta darimu?” “Allah dan Rasul-Nya adalah lebih tahu,” jawab Ali. Rasulullah shollallahu ‘alahi wa sallama menjelaskan, “Beruntung sekali kamu! Hai Ali! Kamu
menghutangi Allah 6 dirham. Kemudian Allah memberimu 300 dirham sebagai ganti dari masing- masing 6 dirham adalah 50 dirham. Baduwi yang pertama adalah Jibril ‘alaihi as-salam dan Baduwi yang kedua adalah Isrofil
‘alaihi as-salam.” Dalam riwayat lain disebutkan
“Baduwi yang kedua adalah Mikail ‘alaihi as-salam.”

Sharing Ramadhan: Gambaran Surga & Neraka

Hikayat: Ketakutan dan Mati Setelah mendengar Ayat Allah

Diceritakan dari Manshur ibnu Ammar bahwa ia berkata, “Suatu ketika aku sedang berada
di salah satu jalan kota Kuffah karena melakukan perjalanan untuk melaksanakan ibadah haji. Pada satu malam yang gelap, aku
punya suatu hajat. Tiba-tiba ketika aku melewati salah satu rumah di sana, di tengah-tengah
malam, aku mendengar seseorang berkata, Ya Allah! Demi kemuliaan dan keagungan-Mu! Aku tidak ingin membangkang dari-Mu dengan melakukan kemaksiatan. Aku juga tidak lalai dari-Mu ketika melakukan kemaksiatan. Namun,
suatu kesalahan telah menimpaku dan aku terbujuk dengan ampunan-Mu yang luas kepadaku sehingga celakaku telah mengajakku kepada kemaksiatan. Kemudian aku terjerumus ke dalamnya karena kebodohanku. Sekarang aku mengharapkan dari anugerah-Mu Engkau menerima alasanku. Jika Engkau tidak menerimanya maka sungguh lama kesedihanku dalam siksa jika Engkau tidak mengasihiku.’ Ketika orang itu diam, maka aku membacakan nya ayat al-Quran; “Hai orang-orang yang beriman! Jagalah diri kalian sendiri dan
keluarga kalian dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Di sana terdapat para malaikat yang kasar dan kuat
yang tidak pernah membangkang dari perintah yang Allah perintahkan dan selalu melakukan
perintah yang diperintahkan kepada mereka.”
Kemudian aku mendengar jeritan keras, gemuruh dan gerak-gerak. Kemudian gerak-gerak itu diam. Setelah itu aku tidak mendengar
suara lagi. Kemudian aku menyelesaikan hajatku dan kembali ke tempatku.
Pagi harinya, aku kembali melewati jalan itu, tiba-tiba aku mendengar suara tangisan. Aku
melihat orang-orang saling menghibur atau takziah. Tiba-tiba ada seorang wanita tua sedang
menangis. Ternyata ia adalah ibu dari si mayit. Ia berkata, ‘Semoga Allah tidak membalas kebaikan kepada orang yang membacakan
ayat al-Quran yang mengandung penjelasan siksa kepada anakku yang (tadi malam) ia sedang sholat. Ketika ia mendengar ayat tersebut, ia merasa ketakutan dan jatuh mati.” Kemudian pada malam itu, aku memimpikan nya. Aku bertanya kepadanya, ‘Apa yang telah Allah perlakukan terhadapmu?’ ia menjawab, “Allah telah memperlakukanku sebagaimana
Dia memperlakukan orang-orang yang mati syahid di perang Badar.’ ‘Bagaimana bisa demikian?’ tanyaku kepadanya. Karena orang-orang syahid di perang Badar telah dibunuh
dengan (tebasan) pedang orang- orang kafir sedangkan aku telah dibunuh dengan tebasan pedang Allah Yang Maha Pengampun,’ jelasnya kepadaku.

Sharing Ramadhan: Rizki Allah

Hikayat: Kalo Sudah Jadi Rizkimu Maka Tidak Akan Kemana.
Hai saudara-saudara muslimku! Janganlah kalian bersedih hati atas rizki dan
janganlah rizki kalian mencegahmu dari taat kepada Allah karena ada Firman-Nya: tidaklah dari makhluk hidup di bumi kecuali Allah telah mengatur rizkinya, seperti keterangan yang
tertera dalam hadis bahwa esungguhnya Allah menciptakan burung hijau di udara dan menjadikan anak panah berada di punggungnya dan anak panah lain di bawah perutnya. Dan Allah menciptakan ikan besar di laut yang selalu memakan ikan kecil. Sesaat setelah ikan besar itu memakan ikan kecil, ternyata didapati sedikit daging ikan kecil yang terselit di antara gigi-giginya. Selitan daging itu membuatnya
sakit hingga ia mengeluarkan kepalanya ke permukaan air. Saat kepalanya dikeluarkan ke
permukaan air, mulutnya terbuka. Sementara itu, burung hijau datang ke arah mulut ikan besar dan masuk ke dalamnya. Kemudian burung hijau itu memakan daging yang terselit di antara gigi-giginya. Dua anak panah yang tertancap di punggung dan bawah perut burung hijau menjadi seperti dua tiang di mulut ikan besar sehingga ikan besar tidak bisa melahap dan memakan burung hijau. Setelah selitan daging yang menyelit di antara gigi-gigi ikan besar habis dimakan burung hijau, ia pun
keluar dari mulut ikan dan terbang ke udara. Allah telah menetapkan rizki burung hijau itu
berada di antara gigi-gigi ikan besar. Kemudian ikan besar kembali ke tempatnya dan beristirahat. Masing-masing dari burung hijau dan ikan besar saling menjadi sebab satu sama lain. Allah tidak meninggalkan burung hijau tanpa mendapatkan rizki. Lantas apakah Allah akan meninggalkan manusia tanpa memperoleh rizkinya?

Sharing Ramadhan: Pahala Ahli Jum’at

Hikayat: Para Malaikat Menunaikan Ibadah Jum’at
Sebagaimana Firman Allah, “Ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat; ‘Sesungguhnya Kami akan menjadikan kholifah di muka bumi’ maka para malaikat berkata, ‘Akankah Engkau akan menjadikan makhluk yang akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi sedang kan kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu da mensucikan-Mu?’ Kemudian Allah memurkai mereka, “Sesungguhnya Kami lebih tahu apa yang kalian tidak ketahui.” Mendengar seruan kemurkaan Allah ini, para
malaikat takut dan terbang memutar di sekitar ‘Arsy sebanyak tujuh kali. Kemudian Allah pun memaafkan mereka. Dia memerintahkan mereka untuk membangun rumah di bumi agar ketika anak cucu Adam berbuat dosa maka mereka memutari rumah tersebut sebanyak tujuh kali dan Allah akan memaafkan mereka sebagaimana Dia memaafkan para malaikat setelah memutari ‘Arsy sebanyak tujuh kali. Mendengar perintah Allah, dengan segera para malaikat turun ke bumi dan membangun Ka’bah. Pada saat terjadinya banjir bandang yang keempat, Allah mengangkat Ka’bah tersebut ke langit. Kemudian Dia menciptakan sebuah menara di samping Ka’bah dan menyebutnya dengan Baitul Makmur. Tinggi Baitul Makmur adalah sejauh perjalanan 500 tahun.Ketika hari Jumat datang, Jibril ‘alaihi as-salam naik ke atas menara dan mengumandang kan adzan. Setelah itu, Israfil ‘alaihi as- salam naik di atas minbar dan berkhutbah. Setelah khutbah, Mikail mengimami para malaikat lain. Setelah mereka semua selesai sholat, Jibril berkata:“Pahala yang aku dapatkan karena adzan akan aku berikan kepada semua orang yang adzan di bumi.” Kemudian Israfil berkata, “Pahala yang aku dapatkan karena berkhutbah akan aku berikan kepada semua orang yang berkhutbah di bumi.” Kemudian Mikail berkata, “Pahala yang aku dapatkan karena mengimami sholat (Jumat) akan aku berikan kepada semua imam sholat Jumat di bumi. Kemudian para malaikat berkata “Pahala yang kami dapatkan karena berjamaah sholat Jumat akan kami berikan kepada semua orang yang berjamaah sholat jumat di belakang imam.” Kemudian Allah berkata, “Wahai para malaikat-Ku! Apakah kalian semua akan mengasihi hamba- hamba-Ku sedangkan Aku adalah Allah Yang Paling Pengasih. Wahai para malaikat-Ku! Aku bersaksi di hadapan kalian bahwa sesungguhnya Aku mengampuni mereka semua yang menghadiri sholat Jumat.” Hadiah ampunan dari Allah ini merupakan hadiah istimewa untuk umat Muhammad, bukan umat-umat sebelum mereka.

Sharing Ramadhan: Keimanan

Hikayat: Taubatnya Seorang Raja yang Sombong

Diceritakan dari Abu Bakar bin Abdillah al-Muzni, Semoga Allah merahmatinya bahwa ada
seorang raja yang sombong terhadap Allah. Orang-orang Islam tidak terima dengan kesombongannya itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk memeranginya. Dengan izin Allah, mereka berhasil mengalahkan dan menawannya hidup-hidup. Mereka berkata, “Bagaimana kita akan membunuhnya. Ia telah
berbuat sombong terhadap Allah.” Kemudian mereka bersepakat membunuhnya dengan cara meletakkannya di sebuah bejana besar dengan diikat kepalanya. Kemudian dari bawahnya, dinyalakan api. Ketika raja itu merasakan panasnya api maka ia menyeru berhala berhalanya yang ia sembah “Hai Lata! Selamatkanlah aku! Hai Habil! Selamatkanlah aku! Hai Uzza! Selamatkanlah aku dari
siksa yang aku alami saat ini. Hai Habil! Dulu aku pernah mengusap kepalamu dan kedua kakimu pada tahun demikian.” Ketika raja itu mengeluh kepada berhala-berhala yang ia sembah, maka panas api semakin bertambah. Ia menjadi tahu kalau berhala-berhala itu tidaklah dapat menyelamatkannya. Ia merasa putus asa dan bertaubat kepada Allah. Kemudian di dalam bejana besar, ia berseru:
لا إله إلا الله محمد رسول الله
“Tidak ada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya”.
Sesaat setelah seruan itu, Allah mengutus hujan dari langit untuk jatuh di atas api bejana dan
memadamkannya. Allah juga mengutus angin agar angin menerpa bejana besar dan membuat nya terbang. Karena hembusan angin, bejana besar itu bergerak-gerak di udara. Raja
yang ada di dalam bejana besar terus-menerus mengucapkan
لا إله إلا الله محمد رسول الله
tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.

Kemudian angin menerbangkan dan melempar jauh bejana besar itu hingga tak terlihat mata hingga menjatuhkannya di antara suatu
kaum yang tidak mengenal Allah sama sekali. Melihat bejana besar jatuh dari langit, kaum pun penasaran dan mendekatinya. Mereka memeriksa dan membukanya. Tiba-tiba mereka melihat raja itu. Dengan segera, mereka mengeluarkan raja dan bertanya:
“Siapa kamu? Apa yang telah terjadi denganmu?” “Aku adalah raja di wilayah
(demikian),” jawab si raja. Kemudian raja itu menceritakan kisahnya kepada kaum tersebut. Akhirnya mereka semua masuk Islam.