Sharing Ramadhan: Rizki Allah

Hikayat: Kalo Sudah Jadi Rizkimu Maka Tidak Akan Kemana.
Hai saudara-saudara muslimku! Janganlah kalian bersedih hati atas rizki dan
janganlah rizki kalian mencegahmu dari taat kepada Allah karena ada Firman-Nya: tidaklah dari makhluk hidup di bumi kecuali Allah telah mengatur rizkinya, seperti keterangan yang
tertera dalam hadis bahwa esungguhnya Allah menciptakan burung hijau di udara dan menjadikan anak panah berada di punggungnya dan anak panah lain di bawah perutnya. Dan Allah menciptakan ikan besar di laut yang selalu memakan ikan kecil. Sesaat setelah ikan besar itu memakan ikan kecil, ternyata didapati sedikit daging ikan kecil yang terselit di antara gigi-giginya. Selitan daging itu membuatnya
sakit hingga ia mengeluarkan kepalanya ke permukaan air. Saat kepalanya dikeluarkan ke
permukaan air, mulutnya terbuka. Sementara itu, burung hijau datang ke arah mulut ikan besar dan masuk ke dalamnya. Kemudian burung hijau itu memakan daging yang terselit di antara gigi-giginya. Dua anak panah yang tertancap di punggung dan bawah perut burung hijau menjadi seperti dua tiang di mulut ikan besar sehingga ikan besar tidak bisa melahap dan memakan burung hijau. Setelah selitan daging yang menyelit di antara gigi-gigi ikan besar habis dimakan burung hijau, ia pun
keluar dari mulut ikan dan terbang ke udara. Allah telah menetapkan rizki burung hijau itu
berada di antara gigi-gigi ikan besar. Kemudian ikan besar kembali ke tempatnya dan beristirahat. Masing-masing dari burung hijau dan ikan besar saling menjadi sebab satu sama lain. Allah tidak meninggalkan burung hijau tanpa mendapatkan rizki. Lantas apakah Allah akan meninggalkan manusia tanpa memperoleh rizkinya?

Sharing Ramadhan: Pahala Ahli Jum’at

Hikayat: Para Malaikat Menunaikan Ibadah Jum’at
Sebagaimana Firman Allah, “Ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat; ‘Sesungguhnya Kami akan menjadikan kholifah di muka bumi’ maka para malaikat berkata, ‘Akankah Engkau akan menjadikan makhluk yang akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi sedang kan kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu da mensucikan-Mu?’ Kemudian Allah memurkai mereka, “Sesungguhnya Kami lebih tahu apa yang kalian tidak ketahui.” Mendengar seruan kemurkaan Allah ini, para
malaikat takut dan terbang memutar di sekitar ‘Arsy sebanyak tujuh kali. Kemudian Allah pun memaafkan mereka. Dia memerintahkan mereka untuk membangun rumah di bumi agar ketika anak cucu Adam berbuat dosa maka mereka memutari rumah tersebut sebanyak tujuh kali dan Allah akan memaafkan mereka sebagaimana Dia memaafkan para malaikat setelah memutari ‘Arsy sebanyak tujuh kali. Mendengar perintah Allah, dengan segera para malaikat turun ke bumi dan membangun Ka’bah. Pada saat terjadinya banjir bandang yang keempat, Allah mengangkat Ka’bah tersebut ke langit. Kemudian Dia menciptakan sebuah menara di samping Ka’bah dan menyebutnya dengan Baitul Makmur. Tinggi Baitul Makmur adalah sejauh perjalanan 500 tahun.Ketika hari Jumat datang, Jibril ‘alaihi as-salam naik ke atas menara dan mengumandang kan adzan. Setelah itu, Israfil ‘alaihi as- salam naik di atas minbar dan berkhutbah. Setelah khutbah, Mikail mengimami para malaikat lain. Setelah mereka semua selesai sholat, Jibril berkata:“Pahala yang aku dapatkan karena adzan akan aku berikan kepada semua orang yang adzan di bumi.” Kemudian Israfil berkata, “Pahala yang aku dapatkan karena berkhutbah akan aku berikan kepada semua orang yang berkhutbah di bumi.” Kemudian Mikail berkata, “Pahala yang aku dapatkan karena mengimami sholat (Jumat) akan aku berikan kepada semua imam sholat Jumat di bumi. Kemudian para malaikat berkata “Pahala yang kami dapatkan karena berjamaah sholat Jumat akan kami berikan kepada semua orang yang berjamaah sholat jumat di belakang imam.” Kemudian Allah berkata, “Wahai para malaikat-Ku! Apakah kalian semua akan mengasihi hamba- hamba-Ku sedangkan Aku adalah Allah Yang Paling Pengasih. Wahai para malaikat-Ku! Aku bersaksi di hadapan kalian bahwa sesungguhnya Aku mengampuni mereka semua yang menghadiri sholat Jumat.” Hadiah ampunan dari Allah ini merupakan hadiah istimewa untuk umat Muhammad, bukan umat-umat sebelum mereka.

Sharing Ramadhan: Keimanan

Hikayat: Taubatnya Seorang Raja yang Sombong

Diceritakan dari Abu Bakar bin Abdillah al-Muzni, Semoga Allah merahmatinya bahwa ada
seorang raja yang sombong terhadap Allah. Orang-orang Islam tidak terima dengan kesombongannya itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk memeranginya. Dengan izin Allah, mereka berhasil mengalahkan dan menawannya hidup-hidup. Mereka berkata, “Bagaimana kita akan membunuhnya. Ia telah
berbuat sombong terhadap Allah.” Kemudian mereka bersepakat membunuhnya dengan cara meletakkannya di sebuah bejana besar dengan diikat kepalanya. Kemudian dari bawahnya, dinyalakan api. Ketika raja itu merasakan panasnya api maka ia menyeru berhala berhalanya yang ia sembah “Hai Lata! Selamatkanlah aku! Hai Habil! Selamatkanlah aku! Hai Uzza! Selamatkanlah aku dari
siksa yang aku alami saat ini. Hai Habil! Dulu aku pernah mengusap kepalamu dan kedua kakimu pada tahun demikian.” Ketika raja itu mengeluh kepada berhala-berhala yang ia sembah, maka panas api semakin bertambah. Ia menjadi tahu kalau berhala-berhala itu tidaklah dapat menyelamatkannya. Ia merasa putus asa dan bertaubat kepada Allah. Kemudian di dalam bejana besar, ia berseru:
لا إله إلا الله محمد رسول الله
“Tidak ada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya”.
Sesaat setelah seruan itu, Allah mengutus hujan dari langit untuk jatuh di atas api bejana dan
memadamkannya. Allah juga mengutus angin agar angin menerpa bejana besar dan membuat nya terbang. Karena hembusan angin, bejana besar itu bergerak-gerak di udara. Raja
yang ada di dalam bejana besar terus-menerus mengucapkan
لا إله إلا الله محمد رسول الله
tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.

Kemudian angin menerbangkan dan melempar jauh bejana besar itu hingga tak terlihat mata hingga menjatuhkannya di antara suatu
kaum yang tidak mengenal Allah sama sekali. Melihat bejana besar jatuh dari langit, kaum pun penasaran dan mendekatinya. Mereka memeriksa dan membukanya. Tiba-tiba mereka melihat raja itu. Dengan segera, mereka mengeluarkan raja dan bertanya:
“Siapa kamu? Apa yang telah terjadi denganmu?” “Aku adalah raja di wilayah
(demikian),” jawab si raja. Kemudian raja itu menceritakan kisahnya kepada kaum tersebut. Akhirnya mereka semua masuk Islam.

Sharing Ramadhan: Keutamaan Hari Jum’at

Hikayat: Adik Yang bertaubat dan Kakak Yang Ingkar

Ada dua bersaudara, kakak dan adik, yang berkepercayaan Majusi pada zaman Malik bin
Dinar. Mereka berdua menyembah api. Si kakak telah menyembah api selama 73 tahun sedangkan si adik telah menyembahnya selama 35 tahun. Si adik berkata, “Kakak! Kemarilah! Mari kita coba apakah api yang kita sembah itu akan memuliakan kita atau membakar kita sebagaimana api membakar benda-benda lain yang tidak menyembahnya. Kalau api memulia kan kita maka kita tetap akan menyembahnya. Tetapi apabila api membakar kita, maka kita tidak akan menyembahnya lagi.” Si kakak menjawab “Baiklah. Aku setuju.” Kemudian si kakak dan si adik menyalakan api. “Kakak! Kamu dulu yang meletakkan tangan di atas api
atau aku dulu?” tanya si adik. “Kamu dulu saja!” jawab si kakak.

Kemudian si adik pun meletakkan tangannya di atas api dan ternyata api membakar jari-jarinya. “Aaah,” teriak si adik kesakitan sambil segera menjauhkan tangannya dari atas api. “Hai api! Aku telah menyembahmu selama 35 tahun
dan kamu telah membuatku sakit terbakar!” seru si adik. Si adik melanjutkan, “Hai kakak!
Mari kita menyembah Tuhan Yang Esa yang apabila kita berbuat dosa dan meninggalkan perintah-Nya selama misalnya 500 tahun maka
Dia akan mengampuni dan memaafkan kita dengan kita melakukan ketaatan sebentar saja
dan meminta ampun sekali saja.” Kemudian si kakak setuju dengan ajakan si adik. Si adik berkata, “Kakak! Mari kita pergi menemui seseorang yang bisa memberikan petunjuk
kepada kita pada jalan yang lurus dan mengajari kita agama Islam.” Setelah itu, mereka bersama-sama sepakat untuk menemui Malik bin Dinar agar menuntun mereka masuk Islam. Kemudian mereka pergi menuju Malik bin Dinar dan menemuinya. Setelah sampai di tempat Malik bin Dinar berada, mereka mendapatinya tengah berada di daerah datar Bashrah sedang berada di perkumpulan orang- orang sambil memberikan nasehat kepada mereka. Banyak sekali orang-orang yang berkumpul di majlis nasehatnya. Ketika si kakak dan si adik melihat Malik bin Dinar, si kakak berkata kepada si adik: “Aku telah berubah pikiran. Aku tidak akan masuk Islam karena
sebagian besar usiaku telah aku habiskan untuk menyembah api. Andai aku masuk Islam dan
masuk ke dalam agama Muhammad, maka para keluarga dan para tetanggaku akan mencelaku. Menyembah api lebih baik bagiku daripada menerima celaan mereka.” “Jangan kakak! Celaan mereka bisa hilang tetapi siksaan karena menyembah api tidak bisa hilang,” pinta si adik.
Tetapi si kakak tetep saja tidak memperdulikan omongan si adik. “Ya sudah! Kembali sana dengan kepercayaanmu menyembah api.
Kamu adalah orang yang celaka dan anak dari orang celaka pula. Sungguh orang yang celaka di
dunia dan akhirat!” kata si adik kepada si kakak.
Kemudian si kakak kembali tidak jadi menemui Malik bin Dinar dan tidak jadi masuk Islam.
Sementara itu, si adik bersama istri dan anak-anaknya mendatangi Malik bin Dinar. Mereka ikut berkumpul bersama orang-orang. Mereka duduk hingga Malik bin Dinar selesai dari pengajiannya. Kemudian si adik itu berdiri dan menceritakan kisahnya. Ia meminta Malik bin
Dinar menuntun dirinya dan keluarganya untuk masuk Islam. Mendengar permintaannya, Malik
bin Dinar pun menuntunnya dan keluarganya masuk Islam. Akhirnya mereka semua masuk
Islam. Orang-orang pun menangis karena sangat senang dan terharu. Beberapa saat kemudian, si adik hendak pulang. Tetapi Malik bin Dinar berkata: “Duduklah sebentar! Aku hendak mengumpulkan harta bersama santri-santriku untukmu.” “Aku tidak ingin menjual agamaku
dengan harta dunia,” jawab si adik.
Kemudian si adik dan keluarganya kembali dan
memasuki suatu bangunan- bangunan sepi. Di sana mereka menemukan sebuah rumah kosong Mereka menempatinya. Pagi hari kemudian, si istri berkata kepadanya:
“Pergilah ke pasar! Carilah pekerjaan! Belilah makanan dengan upah kerjamu!” Kemudian si adik bergegas dan pergi ke pasar mencari pekerjaan. Tetapi tak ada lowongan kerja
sama sekali. “Baiklah kalau tidak ada kerjaan
yang aku dapati, aku akan bekerja kepada Allah,” kata si adik dalam hatinya.
Kemudian si adik masuk ke masjid yang sudah tidak terpakai dan sholat di sana karena Allah sampai malam. Kemudian ia kembali ke keluarga dengan tangan kosong.
“Apakah hari ini kamu tidak mendapati sesuatu yang bisa dimakan?” tanya istri.
“Wahai Istriku! Aku sudah bekerja kepada Malik dan ia belum menggajiku. Barangkali ia akan
menggajiku besok,” jelas si adik. Kata Malik yang dimaksud oleh si adik adalah Allah Yang Maha Merajai. Sedangkan si istri memahami kata malik sebagai orang yang mempekerjakan
buruh). Akhirnya mereka semua semalaman istirahat dengan kondisi lapar. Pada pagi hari berikutnya, si adik keluar menuju pasar dan
mencari pekerjaan. Tetapi ia lagi- lagi tidak mendapati pekerjaan seperti hari sebelumnya.

Kemudian ia memutuskan untuk sholat lagi di masjid yang sama sampai malam. Kemudian ia
kembali ke keluarga dengan tangan kosong.
“Apakah hari ini kamu juga tidak mendapati sesuatu yang bisa di makan?” tanya istri.
“Wahai Istriku! Aku sudah bekerja kepada Malik yang sama seperti kemarin dan ia belum menggajiku. Barangkali ia akan menggajiku
besok,” jelas si adik. Hari besoknya adalah hari Jumat. Akhirnya mereka semua semalaman istirahat dengan kondisi lapar.
Pada hari berikutnya, yaitu hari Jumat, si adik pergi lagi ke pasar mencari pekerjaan. Tetapi
seperti hari-hari sebelumnya, ia lagi-lagi tidak mendapati pekerjaan. Akhirnya ia pergi ke
masjid yang sama dan melaksanakan sholat dua rakaat. Setelah selesai sholat, ia mengangkat kedua tangannya dan berdoa:
“Wahai Tuhanku! Wahai Pemimpinku! Wahai Gustiku! Engkau telah memuliakanku
dengan masuk Islam. Engkau telah mengenakanku mahkota dengan mahkota Islam. Engkau telah memberiku petunjuk dengan
petunjuk Islam. Oleh karena itu dengan kemuliaan Islam yang telah Engkau rizkikan kepadaku, dan dengan kemuliaan hari yang
penuh berkah yang merupakan hari agung di sisi-Mu, yaitu hari Jumat, aku meminta kepada-Mu agar menghilangkan kesulitanku dalam menafkahi keluarga dan agar memberiku rizki dari arah- arah yang tidak aku sangka- sangka. Demi Allah! Aku malu dengan keluargaku dan anak- anakku dan aku takut mereka akan keluar dari Islam karena kondisi mereka seperti ini.” Kemudian si adik berdiri dan khusyuk melaksanakan sholat dua rakaat. Setelah setengah hari terlewati, si adik pergi menuju
sholat Jumat. Sementara itu, si istri dan
anak-anaknya merasa sangat lapar. Tiba-tiba ada seorang laki-laki datang di depan pintu rumah dimana mereka tinggal. Laki-laki itu mengetuk pintu. Kemudian si istri membukakannya. Sesaat setelah membuka pintui, ia melihat laki-laki yang ganteng
dengan membawa suatu wadah emas yang tertutup kain yang ditenun dengan emas pula. Laki- laki itu berkata; “Ambillah wadah ini! Dan katakan kepada suamimu kalau ini adalah upah pekerjaannya selama dua hari sebelumnya. Katakan kepadanya pula untuk lebih bekerja keras, karena kami akan mengupahinya, terutama pada hari ini, yaitu hari Jumat, karena
bekerja sedikit di hari ini di sisi Allah Yang Maha Merajai dan Perkasa adalah pekerjaan yang
besar.” Kemudian si istri pun menerima wadah emas itu. Ketika ia buka, ternyata di dalamnya terdapat 1000 dinar. Kemudian ia mengambil satu dinar dan pergi ke tempat penukaran uang. Saat itu, pemilik toko penukaran uang adalah seorang Nasrani. Sesampai di toko, si istri memberikan satu dinar kepada pemilik toko. Satu dinar itu di timbang dan ternyata
timbangannya lebih dari satu mitsqol sampai dua mitsqol. Kemudian si pemilik toko melihat
ukiran uang dinar itu. Ia tahu kalau uang dinar itu adalahberasal dari hadiah akhirat.
“Darimana kamu mendapatkan uang dinar ini?” tanya si pemilik toko.
Kemudian si istri menceritakan kisahnya saat diberi wadah emas berisi uang dinar itu kepada si pemilik toko.
“Tuntun aku masuk Islam,” pinta si pemilik toko.
Kemudian si pemilik toko pun masuk Islam dan memberi 10 dirham kepada si istri. “Infakkan 10 dirham ini! Jika sudah habis, maka beritahu aku!” pinta si pemilik toko kepada si istri. Sementara itu, si adik selesai dari sholatnya. Ia pun kembali menemui keluarganya dengan tangan kosong. Sebelum menemui mereka, ia mengambil kain dan mengisinya dengan debu.
“Kalau istriku menanyakan apa bungkusan kain ini maka aku akan menjawab kalau bungkusan ini adalah gandum,” kata si adik dalam hatinya.
Ketika si adik telah masuk ke sekitar bangunan-bangunan kosong, ia melihat rumahnya.
Tiba-tiba, dari dalam rumahnya, ia telah melihat telah dipersiapkan tikar dan ia mencium bau makanan. Ia pun meletakkan kain berisi debu itu di dekat pintu rumahnya agar istrinya tidak tahu. Kemudian si adik bertanya kepada istrinya tentang apa yang telah terjadi dan tentang makanan yang tiba-tiba sudah ada di rumah.
Kemudian si istri bercerita kepada si adik, suaminya, tentang semua yang telah terjadi. Kemudian si adik bersujud bersyukur kepada
Allah ‘Azza Wa Jalla. “Apa yang kamu bawa di dalam kain itu?” tanya si istri kepada suaminya. “Tidak perlu ditanyakan!” jawab si suami.
Kemudian si istri pergi mendekati pintu dan membuka kain. Tiba- tiba debu yang sebelumnya di dalam kain telah berubah menjadi gandum dengan izin Allah Ta’ala. Melihat kejadian itu, si suami bersujud bersyukur kepada Allah dan beribadah kepada-Nyasampai ia dicabut nyawanya oleh Allah.

Al-Faqih semoga Allah merahmatinya berkata “Angkatlah kedua tangan kalian dan ucapkan, ‘Dengan kemuliaan hari Jumat, ampunilah kami dan dosa-dosa kami! Hilangkanlah kesusahan- kesusahan kami!’ karena si adik ini ketika berdoa kepada Allah dan meminta kepada-Nya adalah dengan menggunakan kata-kata
‘dengan perantara kemuliaan jumat (Bihurmatil Jumat)’ hingga Allah memenuhi kebutuhannya
dan memberinya rizki dari arah- arah yang tidak ia sangka-sangka. Begitu juga dengan kita, ketika berdoa pada hari Jumat, maka kita
sebaiknya mengucapkan kata-kata dengan perantara kemuliaan Jumat (Bihurmatil Jumat).’ Barangkali semoga Allah memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita karena sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Pengasih dan Tuhan Yang Maha Mulia”.

Sharing Ramadhan: Hadist Ke-5, Keutamaan لا إله إلا الله

Hikayat: Kisah Seorang Laki-laki dan 7 (Tujuh) Batu

Diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang sedang melakukan ibadah wukuf di Arofah. Di tangannya terdapat 7 (tujuh) batu. Ia berkata, “Tujuh batu ini telah bersaksi atasku disisi Allah bahwa aku bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Beberapa waktu kemudian, saat ia tidur, ia bermimpi seolah-olah Hari Kiamat terjadi. Kemudian ia dihisab dan ditetapkan baginya neraka. Para malaikat menyeretnya hingga sampai pintu neraka. Ketika mereka hendak membawanya masuk ke neraka, tiba-tiba satu batu dari 7 batu itu jatuh di pintu
neraka. Karena menghalangi, para malaikat adzab pun bersama- sama mengangkat batu itu, tetapi mereka tidak kuat. Kemudian mereka menyeret laki-laki itu ke pintu-pintu neraka lain. Tetapi masing-masing pintu neraka dihalang-halangi oleh masing- masing batu dari 7 batu itu. Kemudian laki-laki itu dibawa ke bawah ‘Arsy. Para malaikat berkata, “Ya Allah! Engkau
mengetahui masalah hamba-Mu ini. Kami tidak bisa membawanya ke neraka.” Allah menjawab, “Batu-batu itu telah memberikan kesaksian atas hamba-Ku dan tidak menyia- nyiakan haknya. Lantas bagaimana bisa Aku menyia- nyiakan haknya sedangkan Aku menyaksikan kesaksiannya.” Kemudian Allah memberikan
perintah kepada para malaikat, “Masukkan ia ke dalam surga!” Sesuai dengan perintah Allah, ia
pun dibawa ke surge oleh para malaikat. Ketika ia sudah dekat dengan surga, tiba-tiba pintunya
terkunci. Kemudian kesaksian tidak ada tuhan selain Allah datang dan pintu-pintu surga terbuka. Kemudian ia pun masuk ke dalamnya.

Sharing Ramadhan: Keutamaan Mencari Ilmu

Hikayat: Sayyidina Ali Karromallohu Wajha VS Khawarij
Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Aku adalah kota ilmu. Sedangkan Ali
adalah pintu kota ilmu itu.” Ketika kaum Khawarij mendengar hadis ini, mereka iri hati dengan Ali. Kemudian 10 orang hebat dari mereka berkumpul dan berdiskusi; “Kita akan menanyai Ali satu pertanyaan yang sama dan kita akan tahu bagaimana ia menjawabnya. Apabila ia menjawab pertanyaan kita dengan
jawaban yang berbeda-beda maka kita tahu kalau ia benar-benar orang alim seperti yang
disabdakan Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallama.”

Kemudian orang pertama mendatangi Ali radhiyallahu‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta? “Ilmu adalah lebih utama daripada
harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang
pertama. Ali menjelaskan, “Ilmu adalah
warisan para nabi. Harta adalah warisan Qorun, Syaddad, Firaun dan lain-lainnya.” Kemudian orang pertama kembali menemui teman-temannya dan melaporkan jawaban.

Kemudian orang kedua mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada
harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang kedua. Ali menjelaskan, “Ilmu akan menjagamu sedangkan kamu adalah yang menjaga harta.” Kemudian orang kedua kembali dengan membawa jawaban ini.

Kemudian orang ketiga mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta? “Ilmu adalah lebih utama daripada
harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang
ketiga. Ali menjelaskan, “Orang yang memiliki harta akan memiliki banyak musuh sedangkan orang yang memiliki ilmu akan memiliki banyak teman.” Kemudian orang ketiga kembali
dengan jawaban ini.

Setelah itu orang keempat mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang keempat. Ali menjelaskan, “Ketika kamu membelanjakan harta maka harta itu akan berkurang sedangkan ketika kamu mengajarkan ilmu maka ilmu itu akan bertambah.”Kemudian orang keempat kembali dengan jawaban ini.

Giliran orang kelima mendatangi Ali radhiyallahu’anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang
kelima. “Orang yang memiliki harta akan
dipanggil sebagai orang yang pelit sedangkan orang yang berilmu akan dipanggil sebagai orang yang agung dan mulia,” Ali
menjelaskan. Kemudian orang kelima kembali
dengan jawaban ini.


Kemudian orang keenam mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?””Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang
keenam. “Harta akan dilindungi dari
pencuri sedangkan ilmu tidak akan dilindungi dari pencuri,” Ali menjelaskan. Kemudian orang keenam kembali dengan jawaban ini.

Kemudian orang ketujuh mendatangi Ali dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih
utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang ketujuh. “Orang yang berharta akan dihisab di Hari Kiamat sedangkan
orang yang berilmu akan disyafaati di Hari Kiamat,” Ali menjelaskan. Kemudian orang ketujuh ini kembali dengan membawa jawaban ini.

Kemudian orang kedelapan mendatangi Ali dan berkata: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang kedelapan. “Harta akan habis termakan waktu dan zaman sedangkan ilmu tidak akan habis termakan waktu dan zaman,” Ali menjelaskan. Kemudian ia kembali dengan membawa jawaban ini.

Lalu orang kesembilan mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada
harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang
kesembilan. “Harta dapat mengeraskan hati
sedangkan ilmu dapat melunakkan dan melembutkan hati,” Ali menjelaskan.
Kemudian ia pergi dengan membawa jawaban ini.

Akhirnya orang kesepuluh mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya: “Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?” “Ilmu adalah lebih utama daripada
harta,” jawab Ali. “Apa buktinya?” tanya orang
kesepuluh. “Orang berharta akan cenderung
mengaku sebagai tuhan karena hartanya edangkan orang yang berilmu akan mengaku sebagai hamba.” Ali melanjutkan; “Andai mereka semua bertanya kepadaku dengan pertanyaan yang sama niscaya aku akan
menjawabnya dengan jawaban- jawaban yang berbeda selama aku masih hidup,” kata Ali.
Akhirnya sepuluh orang Khawarij itu mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan masuk
Islam.

Sharing Ramadhan: Keutamaan Menghormati Orang Tua

Hikayat: Sayyidina Ali Karromallohu Wajha & Orang Tua Laki-Laki Nasrani

Diceritakan bahwa suatu ketika Ali rodhiyallahu ‘anhu pergi berjalan cepat untuk menunaikan
sholat berjamaah Subuh. Di tengah-tengah jalan, ia melihat orang yang sudah tua tengah berjalan pelan dan tenang di depannya. Ali radhiyallahu’ anhu tidak mau mendahuluinya karena memuliakan dan mengagungkan orang tua itu karena ubannya. Ali sabar menanti hingga waktu terbit matahari akan menjelang.
Ketika orang tua itu sudah sampai di depan pintu masjid, ia tidak masuk ke dalamnya. Ali radhiyallahu ‘anhu tahu kalau orang tua itu ternyata adalah orang Nasrani. Setelah itu, Ali
segera masuk masjid dan melihat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sedang rukuk. Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallama memperlamakan rukuknya seukuran waktu melakukan dua rukuk hingga akhirnya Ali pun mendapati rukuknya shollallahu ‘alaihi wa sallama. Ketika Ali radhiyallahu‘anhu selesai dari sholatnya, iabertanya kepada Rasulullah SAW “Wahai Rasulullah! Mengapa anda tadi memperlamakan rukuk?Padahal anda biasanya tidak seperti itu?” tanya Ali.
Rasulullah shollallahu ‘alahi wa sallama menjawab, “Ketika aku rukuk dan membaca
Subhanarobbiya al-‘Adzimi sebagaimana bacaan rutinku, kemudian aku mau bangun dari
rukuk, maka tiba-tiba Malaikat jibril datang dan meletakkan sayapnya di punggungku dan menahannya lama. Ketika Jibril telah mengangkat sayapnya, maka aku pun bangun dari rukukku. Kemudian orang-orang bertanya
‘Mengapa anda memperlamakan Rukuk?

Rasulullah SAW menjawab, “Aku tidak mempertanyakan kepada jibril tentang mengapa ia menahanku. Kemudian Jibril
datang dan berkata, ‘Hai Muhammad! Sesungguhnya Ali tengah cepat-cepat pergi untuk berjamaah. Hanya saja, di tengah jalan, ia melihat orang tua Nasrani yang berjalan pelan di depannya sedangkan ia sendiri tidak tahu
kalau orang tua itu adalah orangNasrani. Ia pun tidak mau mendahuluinya demi memuliakan
orang tua itu karena ubannya. Ia mengedepan kan hak orang tua itu. Kemudian Allah memerintahku untuk menahanmu saat rukukagar Ali mendapati jamah sholat Subuh bersamamu. Ini bukanlah hal yang aneh. Yang lebih anehnya adalah Allah memerintahkan
Mikail menahan matahari agar tidak terbit terlebih dahulu demi Ali.”

Cerita di atas menunjukkan betapa tingginya derajat atau keutamaan memuliakan orang
yang sudah tua padahal orang tua itu adalah orang Nasrani.

Sharing Ramadhan: Jangan Putus Asa, Rahmat Alloh Begitu Luas

Hikayat: Selamatnya Seorang Pendosa, Berkat Ber-Tauhid


Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallama bahwa beliau bersabda, “Ada seorang laki-laki yang tidak pernah melakukan suatu amal kebaikan sama sekali. Hanya saja
ia memiliki tauhid. Ketika kematian akan mendatanginya, ia berwasiat kepada keluarga nya, “Hai keluargaku! Ketika aku telah mati nanti maka bakarlah jasadku di atas api sampai kalian melihatnya telah berubah menjadi abu. Kemudian tebarkanlah abu jasadku ke laut di musim angin.” Setelah ia benar-benar mati,
keluarganya pun melakukan apa yang ia wasiatkan. Tiba-tiba ia berada dalam kuasa Allah. “Apa yang membuatmu berwasiat seperti apa yang telah kamu wasiatkan (meminta di bakar, dst)?” tanya Allah. “Aku melakukannya karena takut kepada-Mu,” jawab si laki-laki Kemudian Allah mengampuninya karena rasa takutnya kepada-Nya. Padahal ia tidak memiliki amalkebaikan sama sekali kecuali Ber-Tauhid.

Sharing Ramadhan: Mengasihi Sesama Makhluk

HIKAYAT:

Sayyidina Umar RA dan Burung Emprit

Ada sebuah kisah yang sesuai dengan hadis tersebut, yaitu kisah yang diriwayatkan dari Umar radhiyallahu’anhu bahwa suatu ketika Umar sedang berjalan-jalan melewati jalan raya kota. Disana ia melihat anak kecil yang memegang burung Emprit sambil memainkannya. Melihat hal yang demikian itu, Umar merasa kasihan dengan burung itu. Kemudian ia pun membeli burung itu dari si anak kecil. Setelah terbeli, Umar pun melepaskannya. Beberapa waktu kemudian, Umar radhiyallahu’anhu meninggal dunia. Banyak dari kalangan para ulama jumhur memimpikannya. Di dalam mimpi itu, mereka bertanya kepada Umar tentang kabarnya; “Apa yang telah Allah perbuat kepadamu?” Umar menjawab “Allah telah mengampuniku dan memaafkanku”. “Mengapa Allah mengampuni dan memaafkanmu? Apakah karena kedermawananmu? Karena sifat adilmu? Karena sifat zuhudmu?” tanya mereka.
Umar menjawab “[Tidak]. Ketika kalian telah meletakkanku di dalam kuburan, kemudian
menutupiku dengan tanah, dan meninggalkan ku sendirian, datanglah dua malaikat yang menakutkan. Akalku melayang dan tulang-tulangku bergemetar keras karena saking takutnya diriku dengan mereka berdua. Kemudian dua malaikat itu memegangku dan mendudukkanku. Ketika mereka ingin menanyaiku, terdengarlah seruan suara tanpa rupa, “Kalian berdua! Pergilah! Tinggalkanlah hamba-Ku dan jangan menakut- nakutinya karena aku telah mengasihinya dan memaafkan nya, karena hamba-Ku telah mengasihi burung kecil saat masih hidup di dunia. Oleh karena itu, Aku mengasihinya di akhirat”.