Sharing Ramadhan: Keutamaan Hari Jum’at

Hikayat: Adik Yang bertaubat dan Kakak Yang Ingkar

Ada dua bersaudara, kakak dan adik, yang berkepercayaan Majusi pada zaman Malik bin
Dinar. Mereka berdua menyembah api. Si kakak telah menyembah api selama 73 tahun sedangkan si adik telah menyembahnya selama 35 tahun. Si adik berkata, “Kakak! Kemarilah! Mari kita coba apakah api yang kita sembah itu akan memuliakan kita atau membakar kita sebagaimana api membakar benda-benda lain yang tidak menyembahnya. Kalau api memulia kan kita maka kita tetap akan menyembahnya. Tetapi apabila api membakar kita, maka kita tidak akan menyembahnya lagi.” Si kakak menjawab “Baiklah. Aku setuju.” Kemudian si kakak dan si adik menyalakan api. “Kakak! Kamu dulu yang meletakkan tangan di atas api
atau aku dulu?” tanya si adik. “Kamu dulu saja!” jawab si kakak.

Kemudian si adik pun meletakkan tangannya di atas api dan ternyata api membakar jari-jarinya. “Aaah,” teriak si adik kesakitan sambil segera menjauhkan tangannya dari atas api. “Hai api! Aku telah menyembahmu selama 35 tahun
dan kamu telah membuatku sakit terbakar!” seru si adik. Si adik melanjutkan, “Hai kakak!
Mari kita menyembah Tuhan Yang Esa yang apabila kita berbuat dosa dan meninggalkan perintah-Nya selama misalnya 500 tahun maka
Dia akan mengampuni dan memaafkan kita dengan kita melakukan ketaatan sebentar saja
dan meminta ampun sekali saja.” Kemudian si kakak setuju dengan ajakan si adik. Si adik berkata, “Kakak! Mari kita pergi menemui seseorang yang bisa memberikan petunjuk
kepada kita pada jalan yang lurus dan mengajari kita agama Islam.” Setelah itu, mereka bersama-sama sepakat untuk menemui Malik bin Dinar agar menuntun mereka masuk Islam. Kemudian mereka pergi menuju Malik bin Dinar dan menemuinya. Setelah sampai di tempat Malik bin Dinar berada, mereka mendapatinya tengah berada di daerah datar Bashrah sedang berada di perkumpulan orang- orang sambil memberikan nasehat kepada mereka. Banyak sekali orang-orang yang berkumpul di majlis nasehatnya. Ketika si kakak dan si adik melihat Malik bin Dinar, si kakak berkata kepada si adik: “Aku telah berubah pikiran. Aku tidak akan masuk Islam karena
sebagian besar usiaku telah aku habiskan untuk menyembah api. Andai aku masuk Islam dan
masuk ke dalam agama Muhammad, maka para keluarga dan para tetanggaku akan mencelaku. Menyembah api lebih baik bagiku daripada menerima celaan mereka.” “Jangan kakak! Celaan mereka bisa hilang tetapi siksaan karena menyembah api tidak bisa hilang,” pinta si adik.
Tetapi si kakak tetep saja tidak memperdulikan omongan si adik. “Ya sudah! Kembali sana dengan kepercayaanmu menyembah api.
Kamu adalah orang yang celaka dan anak dari orang celaka pula. Sungguh orang yang celaka di
dunia dan akhirat!” kata si adik kepada si kakak.
Kemudian si kakak kembali tidak jadi menemui Malik bin Dinar dan tidak jadi masuk Islam.
Sementara itu, si adik bersama istri dan anak-anaknya mendatangi Malik bin Dinar. Mereka ikut berkumpul bersama orang-orang. Mereka duduk hingga Malik bin Dinar selesai dari pengajiannya. Kemudian si adik itu berdiri dan menceritakan kisahnya. Ia meminta Malik bin
Dinar menuntun dirinya dan keluarganya untuk masuk Islam. Mendengar permintaannya, Malik
bin Dinar pun menuntunnya dan keluarganya masuk Islam. Akhirnya mereka semua masuk
Islam. Orang-orang pun menangis karena sangat senang dan terharu. Beberapa saat kemudian, si adik hendak pulang. Tetapi Malik bin Dinar berkata: “Duduklah sebentar! Aku hendak mengumpulkan harta bersama santri-santriku untukmu.” “Aku tidak ingin menjual agamaku
dengan harta dunia,” jawab si adik.
Kemudian si adik dan keluarganya kembali dan
memasuki suatu bangunan- bangunan sepi. Di sana mereka menemukan sebuah rumah kosong Mereka menempatinya. Pagi hari kemudian, si istri berkata kepadanya:
“Pergilah ke pasar! Carilah pekerjaan! Belilah makanan dengan upah kerjamu!” Kemudian si adik bergegas dan pergi ke pasar mencari pekerjaan. Tetapi tak ada lowongan kerja
sama sekali. “Baiklah kalau tidak ada kerjaan
yang aku dapati, aku akan bekerja kepada Allah,” kata si adik dalam hatinya.
Kemudian si adik masuk ke masjid yang sudah tidak terpakai dan sholat di sana karena Allah sampai malam. Kemudian ia kembali ke keluarga dengan tangan kosong.
“Apakah hari ini kamu tidak mendapati sesuatu yang bisa dimakan?” tanya istri.
“Wahai Istriku! Aku sudah bekerja kepada Malik dan ia belum menggajiku. Barangkali ia akan
menggajiku besok,” jelas si adik. Kata Malik yang dimaksud oleh si adik adalah Allah Yang Maha Merajai. Sedangkan si istri memahami kata malik sebagai orang yang mempekerjakan
buruh). Akhirnya mereka semua semalaman istirahat dengan kondisi lapar. Pada pagi hari berikutnya, si adik keluar menuju pasar dan
mencari pekerjaan. Tetapi ia lagi- lagi tidak mendapati pekerjaan seperti hari sebelumnya.

Kemudian ia memutuskan untuk sholat lagi di masjid yang sama sampai malam. Kemudian ia
kembali ke keluarga dengan tangan kosong.
“Apakah hari ini kamu juga tidak mendapati sesuatu yang bisa di makan?” tanya istri.
“Wahai Istriku! Aku sudah bekerja kepada Malik yang sama seperti kemarin dan ia belum menggajiku. Barangkali ia akan menggajiku
besok,” jelas si adik. Hari besoknya adalah hari Jumat. Akhirnya mereka semua semalaman istirahat dengan kondisi lapar.
Pada hari berikutnya, yaitu hari Jumat, si adik pergi lagi ke pasar mencari pekerjaan. Tetapi
seperti hari-hari sebelumnya, ia lagi-lagi tidak mendapati pekerjaan. Akhirnya ia pergi ke
masjid yang sama dan melaksanakan sholat dua rakaat. Setelah selesai sholat, ia mengangkat kedua tangannya dan berdoa:
“Wahai Tuhanku! Wahai Pemimpinku! Wahai Gustiku! Engkau telah memuliakanku
dengan masuk Islam. Engkau telah mengenakanku mahkota dengan mahkota Islam. Engkau telah memberiku petunjuk dengan
petunjuk Islam. Oleh karena itu dengan kemuliaan Islam yang telah Engkau rizkikan kepadaku, dan dengan kemuliaan hari yang
penuh berkah yang merupakan hari agung di sisi-Mu, yaitu hari Jumat, aku meminta kepada-Mu agar menghilangkan kesulitanku dalam menafkahi keluarga dan agar memberiku rizki dari arah- arah yang tidak aku sangka- sangka. Demi Allah! Aku malu dengan keluargaku dan anak- anakku dan aku takut mereka akan keluar dari Islam karena kondisi mereka seperti ini.” Kemudian si adik berdiri dan khusyuk melaksanakan sholat dua rakaat. Setelah setengah hari terlewati, si adik pergi menuju
sholat Jumat. Sementara itu, si istri dan
anak-anaknya merasa sangat lapar. Tiba-tiba ada seorang laki-laki datang di depan pintu rumah dimana mereka tinggal. Laki-laki itu mengetuk pintu. Kemudian si istri membukakannya. Sesaat setelah membuka pintui, ia melihat laki-laki yang ganteng
dengan membawa suatu wadah emas yang tertutup kain yang ditenun dengan emas pula. Laki- laki itu berkata; “Ambillah wadah ini! Dan katakan kepada suamimu kalau ini adalah upah pekerjaannya selama dua hari sebelumnya. Katakan kepadanya pula untuk lebih bekerja keras, karena kami akan mengupahinya, terutama pada hari ini, yaitu hari Jumat, karena
bekerja sedikit di hari ini di sisi Allah Yang Maha Merajai dan Perkasa adalah pekerjaan yang
besar.” Kemudian si istri pun menerima wadah emas itu. Ketika ia buka, ternyata di dalamnya terdapat 1000 dinar. Kemudian ia mengambil satu dinar dan pergi ke tempat penukaran uang. Saat itu, pemilik toko penukaran uang adalah seorang Nasrani. Sesampai di toko, si istri memberikan satu dinar kepada pemilik toko. Satu dinar itu di timbang dan ternyata
timbangannya lebih dari satu mitsqol sampai dua mitsqol. Kemudian si pemilik toko melihat
ukiran uang dinar itu. Ia tahu kalau uang dinar itu adalahberasal dari hadiah akhirat.
“Darimana kamu mendapatkan uang dinar ini?” tanya si pemilik toko.
Kemudian si istri menceritakan kisahnya saat diberi wadah emas berisi uang dinar itu kepada si pemilik toko.
“Tuntun aku masuk Islam,” pinta si pemilik toko.
Kemudian si pemilik toko pun masuk Islam dan memberi 10 dirham kepada si istri. “Infakkan 10 dirham ini! Jika sudah habis, maka beritahu aku!” pinta si pemilik toko kepada si istri. Sementara itu, si adik selesai dari sholatnya. Ia pun kembali menemui keluarganya dengan tangan kosong. Sebelum menemui mereka, ia mengambil kain dan mengisinya dengan debu.
“Kalau istriku menanyakan apa bungkusan kain ini maka aku akan menjawab kalau bungkusan ini adalah gandum,” kata si adik dalam hatinya.
Ketika si adik telah masuk ke sekitar bangunan-bangunan kosong, ia melihat rumahnya.
Tiba-tiba, dari dalam rumahnya, ia telah melihat telah dipersiapkan tikar dan ia mencium bau makanan. Ia pun meletakkan kain berisi debu itu di dekat pintu rumahnya agar istrinya tidak tahu. Kemudian si adik bertanya kepada istrinya tentang apa yang telah terjadi dan tentang makanan yang tiba-tiba sudah ada di rumah.
Kemudian si istri bercerita kepada si adik, suaminya, tentang semua yang telah terjadi. Kemudian si adik bersujud bersyukur kepada
Allah ‘Azza Wa Jalla. “Apa yang kamu bawa di dalam kain itu?” tanya si istri kepada suaminya. “Tidak perlu ditanyakan!” jawab si suami.
Kemudian si istri pergi mendekati pintu dan membuka kain. Tiba- tiba debu yang sebelumnya di dalam kain telah berubah menjadi gandum dengan izin Allah Ta’ala. Melihat kejadian itu, si suami bersujud bersyukur kepada Allah dan beribadah kepada-Nyasampai ia dicabut nyawanya oleh Allah.

Al-Faqih semoga Allah merahmatinya berkata “Angkatlah kedua tangan kalian dan ucapkan, ‘Dengan kemuliaan hari Jumat, ampunilah kami dan dosa-dosa kami! Hilangkanlah kesusahan- kesusahan kami!’ karena si adik ini ketika berdoa kepada Allah dan meminta kepada-Nya adalah dengan menggunakan kata-kata
‘dengan perantara kemuliaan jumat (Bihurmatil Jumat)’ hingga Allah memenuhi kebutuhannya
dan memberinya rizki dari arah- arah yang tidak ia sangka-sangka. Begitu juga dengan kita, ketika berdoa pada hari Jumat, maka kita
sebaiknya mengucapkan kata-kata dengan perantara kemuliaan Jumat (Bihurmatil Jumat).’ Barangkali semoga Allah memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita karena sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Pengasih dan Tuhan Yang Maha Mulia”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *