Hikayat: Kuda dan Pemiliknya
Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Abdullah bin Mubarok melihat seekor kuda di pasar yang dijual dengan harga 40 dirham. Ia bertanya kepada penjualnya: “Apa yang membuat kuda ini menjadi begitu murah?” “Kuda ini memiliki beberapa kekurangan,” jawab si penjual. “Apa kekurangan-kekurangannya itu?” tanya Abdullah bin Mubarok. “Kuda ini berlari pelan dan tidak bisa mengejar musuh. Kuda ini
juga mudah lelah jika berlari hingga nantinya musuh bisa mengejarnya. Kuda ini juga akan
meringkik dan bersuara keras di tempat yang seharusnya tenang,” jelas si penjual.
“Wah kalau 40 dirham terlalu mahal!” kata Abdullah bin Mubarok. Kemudian Abdullah pergi dan tidak membelinya. Akan tetapi,
muridnya membeli kuda itu. Pada saat tiba waktunya perang, si murid ikut berperang dengan naik kuda tersebut. Kuda itu ternyata dapat berperan sangat baik. Abdullah bertanya kepada si murid: “Apakah kamu tahu kekurangan- kekurangan kudamu?”
“Iya! Kuda ini memiliki kekurangan-kekurangan seperti yang mereka katakan. Tetapi
ketika aku membelinya, aku berkata di telinganya ‘Hai kuda! Sesungguhnya aku telah
meninggalkan dosa dan bertaubat kembali kepada Allah. Oleh karena itu tinggalkanlah kekurangan- kekurangan pada dirimu!’ Kemudian kuda ini menggerakkan kepalanya tiga kali. Sepertinya kuda ini menjawab dengan senang karena aku telah meninggalkan dosaku. Aku jadi mengerti kalau kekurangan kekurangan itu berasal dari pemilik kudanya dulu, bukan dari kudanya, karena kuda-kuda orang kafir dan yang dzalim akan melaknati pemilik- pemiliknya, bahkan kuda-kuda itu
akan menjatuhkan mereka dari punggungnya karena Firman Allah; ‘Ingatlah! Laknat Allah akan menimpa orang-orang dzalim. Ketika Allah melaknati seseorang maka segala sesuatu pun juga akan melaknatinya.’ Begitu juga kuda ini melaknati pemiliknya dulu karena ia adalah orang kafir atau dzalim atau munafik atau
sombong hingga kudanya menjatuhkannya dari punggung ketika ia menaikinya. Oleh karena
itu dapat diketahui bahwa semua makhluk hidup akan merasa bahagia dan jinak kepada
pemiliknya karena rasa bahagia yang diberikan olehnya. Begitu juga rasa bahagia itu akan menjelma bentuk di Hari Kiamat. Kemudian jelmaan itu akan datang. Pemiliknya akan mengendalikannya. Kemudian jelmaan rasa bahagia itu akan membawanya ke surga,” jawab si murid.